Minggu, 11 Januari 2009

KEMENANGAN MUHARAM

1=diri yang memenangkan peperangan jihad akbar (melawan hawa nafsu) akhirnya kembali kepada fitrahnya sebagai manusia.



0=adalah fitrah manusia suci yaitu hakikat diri manusia yaitu ruh yang akan kembali kepada Tuhan.

Ruh berasal dari alam arwah, dimana dialam tersebut semuanya telah diberi kema’rifatan kepada Allah. Telah mengakui dan mengimani Allah sebagai Tuhan. Di alam kandungan, pada usia kandungan kurang lebih 3-4 bulan, ruh tersebut berpaduan dengan jasad, dengan ditiupkannya ruh (nafakhtu) sehingga janin didalam kandungan mulai bernyawa dan mulai ada gerakan-gerakan tanda kehidupan.

Pada saat terlahir ke alam dunia, dalam perjalanan kehidupannya, kebanyakan manusia terpedaya oleh kenikmatan dan tipu daya dunia. Yang cenderung untuk memanjakan sisi jasad dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan sisi ruhaninya.

Akhirnya sisi ruhani tenggelam oleh kesibukan di dalam pemenuhan sisi jasmani. Padahal hakikat manusia diciptakan dan hidup dialam dunia ini adalah untuk beribadah dan menghamba hanya kepada Allah.

Makna kemenangan 10 Muharam yang diberikan kepada para Nabi, Rasul, Khalifah Rasul, Wali mempunyai arti bahwa didalam sosok para manusia suci yang terpilih itulah kesempurnaan diri telah didapatkan. Manusia sempurna bermakna diri manusia yang telah mendapatkan kemenangan diri (dengan dilambangkan angka 1) yang telah membulat untuk semata hanya menyembah dan mengabdi hanya kepada-Nya (dilambangkan dengan angka 0).

Pada saat 10 alias diri yang telah kembali suci, sudah tidak ada lagi didalam diri ruh suci itu hal-hal yang “haram”. Jiwa bathin suci semata hanya menyembah Allah. Baik dalam lisan, kedalaman hati, dan laku hidupnya. Perlambang yang diberikan Allah dan diberikan kepada para hambaNya yang terpilih, seharusnya menjadikan manusia mencontoh dan menauladaninya.

Perjumpaan Nabi Adam dengan Siti Hawa, perlambang diri yang mencapai kemenangan atas laku taubat dengan menemukan kembali hakikat makna kekasih sejati.

Diselamatkannya Nabi Ibrahim dari api yang membakar, perlambang bahwa diri manusia sempurna akan mampu mengatasi panasnya api dendam, amarah, nafsu yang menguasai bathin manusia.

Diselamatkannya Nabi Yunus dari perut ikan, perlambang terselamatkannya atas kebodohan diri didalam pemahaman penghambaan diri kepada Allah.

Dibebaskannya Nabi Yusuf dari penjara, perlambang terbebaskannya diri dari kungkungan penjara diri yang membatasi kebebasan untuk beribadah dan menyembah Sang Khalik.

Berlabuhnya bahtera Nabi Nuh, adalah perlambang bahwa kemenangan diri atas air bah pemahaman diri yang tersesat dari jalan Tuhan yang membanjiri jiwa bathin manusia

Peristiwa Karbala, atas Sayyidina Husain, perlambang dari suatu kemenangan sisi bathin diri atas keangkaramurkaan dan kekuasaan keduniawian.

Dan masih banyak sekali perlambang yang bisa kita baca dan kaji, dari peristiwa sejarah yang terjadi dari semenjak jaman Nabi Adam hingga sekarang.

Apakah cukup kita hanya mengetahui tanpa mengamalkannya? Kalau begitu bagaimana hikmah yang bisa kita dapatkan? Jikalau keterbatasan diri terus saja mengungkung jiwa, jikalau api amarah, kedengkian, nafsu dan segala penyakit hati terus saja membelit diri, jikalau air bah kebodohan terus saja menenggelamkan diri, jikalau keangkaramurkaan dan keserakahan nafsu kekuasaan masih saja menguasai diri?



Tidak ada komentar:

 
Menitih Asa, Menggapai Cita © 2008. Template Design By: SkinCorner